Rabu, 04 Desember 2013

3 TEKNIK UTAMA KARATE

Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : 
Kihon (teknik dasar), 
> Kata(jurus) dan 
> Kumite (pertarungan). 
Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).




Kihon

Kihon: Sensei Kenzo Dozono practises kihon (basics) with his class at the Shotokan Karate International Belleville Karate School. Photo by Sarah Swenson






Kihon (基本:きほ) secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.

Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.



Kata

Kata (型:かた) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.

Dalam Kata ada yang dinamakan BunkaiBunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.

Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.




Kumite
Kumite (組手:くみて) secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal denganKumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
Untuk aliran "kontak langsung" seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. PraktisiKyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian, dan menyerang titik vital.

Senin, 25 November 2013

Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia


Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) adalah salah satu organisasi aliansi olahraga cabang beladiri karate di Indonesia.

Sejarah FORKI

FORKI berdiri tidak terlepas dari sejarah karate di Indonesia, organisasi ini berdiri resmi pada tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta, dengan nama Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI).
Pada tahun 1972, Kongres ke IV PORKI menghasilkan suatu kesepakatan dengan terbetuk wadah nama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI).
Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal dengan nama Pengurus Besar (PB). telah dipimpin oleh tujuh orang Ketua Umum dan periodisasi kepengurusannyapun mengalama tiga kali perobahan masa periodisasi yaitu; periode lima tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun 1972–1977) periodisasi tiga tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan periode tahun 1977-1980) dan periodisasi empat tahun (Berlaku sejak kongres tahun 1980 sampai sekarang).

Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal (Umum) FORKI

Periode (Masa Bakti) Ketua Umum Sekretaris Jenderal (Umum) Keterangan
1972-1977 Widjojo Suyono Otoman Nuh Kongres IV PORKI/FORKI 1972 di Jakarta
1977-1980 Sumadi Rustam Ibrahim Kongres V FORKI 1977 di Jakarta
1980-1984 Subhan Djajaatmadja G.A. Pesik Kongres VI FORKI 1980 di Jakarta
1984-1988 Rudini Adam Saleh Kongres VII FORKI 1984 di Bandar Lampung
1988-1992 Rudini G.A. Pesik Kongres VIII FORKI 1988 di Jakarta
1992-1996 Rudini G.A. Pesik Kongres IX 1992 di Jakarta (Diperpanjang sd 1997)
1997-2001 Wiranto Hendardji Soepandji Kongres X FORKI 1997 di Caringin Bogor Jawa Barat
2001-2005 Luhut Binsar Pandjaitan Hendardji Soepandji Kongres XI FORKI 2001 di Jakarta
2005-2009 Luhut Binsar Pandjaitan Hendardji Soepandji Kongres XII FORKI 2005 di Jakarta
2010-2014 Hendardji Soepandji Lumban Sianipar Kongres XIII FORKI 2010 di Jakarta

Perguruan Karate di Indonesia anggota FORKI

  1. AMURA (Karate-Do Indonesia)
  2. BKC (Bandung Karate Club)
  3. BLACK PANTHER KARATE INDONESIA
  4. FUNAKOSHI
  5. GABDIKA SHITORYU INDONESIA (Gabungan Beladiri Karate-Do Shitoryu)
  6. GOJUKAI (Gojuryu Karate-Do Indonesia)
  7. GOJU RYU ASS (Gojuryu Association)
  8. GOKASI (Gojuryu Karate-Do Shinbukan Seluruh Indonesia)
  9. INKADO (Indonesia Karate-Do)
  10. INKAI (Institut Karate-Do Indonesia)
  11. INKANAS (Intitut Karate-Do Nasional)
  12. KALA HITAM
  13. KANDAGA PRANA
  14. KEI SHIN KAN
  15. KKNSI (Kesatuan Karate-Do Naga Sakti Indonesia)
  16. KKI (Kushin Ryu M. Karate-Do Indonesia)
  17. KYOKUSHINKAI (Kyokushinkai Karate-Do Indonesia)
  18. LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia)
  19. SHOTOKAI
  20. PORBIKAWA
  21. PORDIBYA
  22. SHINDOKA
  23. SHI ROI TE
  24. TAKO INDONESIA
  25. WADOKAI (Wadoryu Karate-Do Indonesia)
  26. PEMIKADO ( Persatuan Minang Karate-Do)
  27. RKS (Reikenuchi Karate School)
  28. MUSHIKAWA KARATE-DO INDONESIA